Aku seorang wanita walau belum pernah menikah tapi sempat berhubungan
intim dengan seorang pria kekasihku beberapa tahun yang lalu. Hubungan
kami terpaksa berhenti setahun yang lalu ketika orang tuanya yang kaya
raya tidak menyetujui hubungan kami tersebut. Terakhir ku dengan mantan
kekasihku itu telah menikah dan pindah kekota lain yang tidak ingin
kuketahui persisnya dimana.
Saat ini umurku 28 tahun dan bekerja sebagai salah satu karyawan di
perusahaan swasta asing sebagai salah satu staf public relation. Gaji
yang kuterima cukup lumayan untuk tamatan sarjana publikasi, kemampuanku
untuk berkomunikasi dengan baik dan ramah terhadap siapa saja membuat
aku dipercaya untuk menghadapi persoalan-persoalan pelik, dan menerima
tamu-tamu penting.
Suatu hari aku dipanggil oleh big bossku, dia mengeluh karena ada
inspektor dari kantor pusat di Australia yang datang dan nampaknya boss
kewalahan menghadapi pertanyaan-pertanyaannya. Aku ditugasi untuk
menemani tamu tersebut selama di Jakarta.
Terus terang hatiku agak bergetar ketika pertama kali bertemu dengan
Steve. Terus terang dia mempunyai sex appeal yang luar biasa, matanya
tajam, mukanya bersih dan bicaranya jernih ditambah pakaiannya yang
selalu rapih dan bermerk, termasuk wewangian yang digunakan. Mula-mula
aku nervous juga di buatnya, tetapi setelah lama-lama hubungan kami
makin relaks. Aku berusaha untuk menyembunyikan ketertarikanku padanya,
tetapi dia nampak malah sengaja menggodaku. Mula-mula dia ajak aku makan
beberpa kali sampai aku rileks. Terus satu hari dia ajakain aku ke
cafe, nemenin dia minum, aku habis dua gelas wine kali padahal aku nggak
pernah minum. Aku rasanya nggak mabuk tapi badan aku rada hangat dan
rileks. trs dia ngajakin nonton, aku mau aja karena nggak terlalu malam.
Karena yang nonton sepi, dia bebas rangkul-rangkul aku. Anehnya aku
diem aja, rasanya nyaman dipelukin dia. Ngeliat aku diem aja dia makin
berani, mukanya mulai di deketin ke aku tapi aku nolak kalo dia mau cium
bibir aku. Tapi tambah parah karena yang dia cium kuping dan leher aku
lama-lama lagi. Padahal itu termasuk daerah sensitif. Kelihatannya dia
tau aku mulai ser... ser an... tangannya mulai turun ke dada aku dari
bahu. Tangannya lihai banget meskipun dari luar putaran-putaran jarinya
mampu membuat aku sesak karena buah dadaku mengeras.Tangannya terus aku
pegang, tapi yang satu ketahan yang lain aktif, dia berhasil buka
kancing-kancing bajuku bagian atas, tangannya muter-muter diatas BHku
yang tipis, malu juga rasanya kalau dia tahu pentilku keras banget.
Bibirnya yang bermain dileherku, mulai turun ke bahu, dan.... wah gawat
ternyata dia sudah menurunkan tali beha dan bajuku sampai ke pinggang,
bibirnya bermain dia atas behaku, dan sekali rengut buah dada kiriku
terekspos pada bibirnya.......
Begitu buah dada aku terekspos dia nggak langsung caplok tapi pentil aku
yang keras disengol-sengol dulu sama hidungnya. Napasnya yang hangat
aja sudah berhasil membuat putingku makin keras. Terus dia ciumin pelan
pelan buah dadaku yang 34 C itu mula-mula bagian bawah terus melingkar
sehingga hampir semua bagian buah dadaku dicium lembut olehnya. Belum
puas menggoda aku lidahnya kemudian mulai menari-nari di atas buah
dadaku. Aku tak tertahan mulai mendesah. Akhirnya apa yang akau
khawatirkan terjadi lidahnya mulai menyapu sekitar puting dan
akhirnya..... akh....... putingku tersapu lidahnya... perlahan mula
mula, makin lama makin sering dan akhirnya putingku dikulumnya. Ketika
akau merasa nikmat dia melepaskannya..... dan kemudian mulai mengecup
dari bagian tepi lagi... perlahan mendaki ke atas dan kembali
ditangkapnya putingku. Kali ini putingku digigit perlahan sementara
lidahnya berputar putar menyapu puting itu. Sensasi yang ditimbulkan
luar biasa, semua keinginanku yang kupendam selama ini serasa terpancing
keluar dan berontak untuk segera dipuasi.
Melihat aku mendesah di tambah berani. Selain menggigit-gigit kecil
putingku sembari lidahnya menyapu-nyapu, tangannya mulai bermain di
lututku. Terus terang aja selama menjanda aku belum pernah ML lagi.
Perasaan yang kupendam selama ini kelihatannya mulai bergolak. Itu
membuatku membiarkan tangannya menggerayangi lutut dan pahaku. Dia tahu
tubuhku merinding menahan nikmat, karena kulitku mulai seperti strawbery
titik-titik. Dengan lihai tangannya mulai mendaki dan kini berada
diselangkanganku. Dengan lembut dia mengusap-usap pangkal pahaku
dipinggiran CDku. Hal ini menimbulkan sensasi dan nikmat yang luar
biasa. Aku tak dapat duduk tenang lagi, sebentar bentar menggelinjang.
Aku sudah tak dapat lagi menyembunyikan kenikmatan yang kualami. Hal ini
dia ketahui dengan lembabnya CDku. Jarinya yang besar itu akhirnya tak
mampu kutahan ketika dia memaksa menyelinap dibalik CDku dan langsung
menemukan clitku. dengan gemulai di amemainkan jarinya sehingga aku
terpaksa menutup bibirku agar lenguhan yang keluar tak terdengar oleh
penonton lain. Jarinya lembut menyentuh clitku dan gerakannya memutar
membuat tubuhkupun serasa berputar-putar. Akhirnya pertahananku jebol,
cairan kental mulai mengalir keluar di vaginaku. dan dia tahu persis
sehingga dia mengintensifkan serangannya. Akhirnya puncak itu datang,
kepeluk kepalanya dengan erat dan kuhujamkan bibirku ke bibirnya dan
tubuhku bergetar. Dia dengan sabar tetap mengelus clitku membuatku
bergetar-getar seolah tak berhenti. Lubang vaginaku yang basah
dimanfaatkan denga baik olehnya. Sementara jari jempolnya tetap
memainkan clitku, jari tengahnya mengorek-ngorek lubangku mensimulasi
apa yang dapat dilakukan laki-laki terhadap wanita. Aku menggap-menggap
dibuatnya.
Entah berapa lama dia membuatku seperti itu dan sudah beberapa kali aku
mengalami orgasme, tapi tidak ada tanda-tanda bagaimana dia akan
mengakhiri permainan ini. Akhirnya aku yang memulai... gila... entah apa
yang mendorongku, tanganku tau tahu meraba-raba selangkangannya.....
disana jemariku menemukan gundukan yang mulai mengeras. Begitu tersapu
oleh belaianku, gundukan itu berubah menjadi batang hangat yang
mengeras. Entah mengapa aku jadi senang menggodanya, jariku terus
membelai turun naik sepanjang batang tersebut yang menurutku agar luar
biasa ukurannya. Secara perlahan batang tersebut bertambah panjang dan
besar menimbulkan getaran-getaran yang membuatku kembali mencapai
orgasme. Ketika orgasme tanganku secara tak sengaja meremas-remas
bola-bolanya sehingga dia pun terangsang. Sambil mengecup daun telingaku
Steve berbisik... shall we... go... Aku tak tau harus bagaimana dan
menurutinya saja ketika dia menarik tanganku bangkit dari tempat duduk
dan berjalan mengikutinya keluar bioskop melewati mall dan akirnya
sampai di lobi sebuah hotel yang menyatu dengan bioskop dan mall
tersebut. Langkahku agak tersendat ketika melewati lobi, tetapi jari
tanganku tergengam erat padanya dan dia dengan sangat pasti menggiringku
kerah lift yang mengantarkan kami ke kamar yang ternyata telah
dipersiapkan sebelumnya olehnya. Di dalam lift Steve sempat mencium
bibirku dengan lembut seperti mencium kekasihnya ini membuat tubuhku
bertambah lunglai. Aku tertegun berdiri di depan kamar yang telah dibuka
pintunya oleh Steve, dan dia dengan sopan mempersilahkan aku masuk.
Beberapa saat aku berdiam di depan pintu bimbang. Melihat kebimbanganku
Steve tidak memberi kesempatan dianggkatnya tubuhku dengan kedua
tangannya yang kekar dan dibopongnya kau masuk. Dengan cekatan dia
menutup dan mengunci pintu. Aku sempat berontak tetapi kembali bibirnya
melumat bibirku cukup lama dan dalam sehingga kenikmatan tak tuntas di
bioskop tadi kembali muncul.
Sambil membopong aku Steve terus melumat bibirku dan perlahan namun
pasti dia berjalan ke rah tempat tidur ukuran king size yang ada dalam
ruang suite tersebut. Aku agak gelisah melihat situasi ini. Steve
menyadari hal itu dan tanpa melepaskan ciumannya dia menurunkan tubuhku
dengan perlahan tepat dipinggir ranjang. Kami berhadapan berpandangan
sejenak, dia tersenyum dan kembali bibirnya mengecup ngecup bibir bawah
dan atasku bergantian dan berusaha membangkitkan gairahku kembali. Aku
berdesah kecil ketika tangannya memeluk pinggangku dan menarik tubuhku
merapat ketubuhnya. Bibirnya perlahan mengecup bibirku, lidahnya
merambat diantara dua bibirku yang tanpa sadar merekah menyambutnya.
Lidah itu begitu lihai bermain diantara kedua bibirku mengorek-ngorek
lidahku untuk keluar. Sapuan lidahnya menimbulkan sensasi-sensasi nikmat
yang belum pernah kurasakan, sehingga perlahan lidahku dengan malu-malu
mengikuti gerakan lidahnya mencari dan mengikuti kemana lidahnya pergi.
Dan ketika lidahku menjulur memasuki mulutnya dengan sigap dia
mengulumnya dengan lembut, dan menjepit lidahku diantara lidah dan
langit-langit. Tubuhku menggeliat menahan nikmat yang timbul. Aku merasa
melayang tak berpijak, pengaruh minuman juga menambah aku kehilangan
kontrol. Pada saat itulah aku merasa Steve membuka kancing-kancing gaun
malamku yang terletak dipunggung. Tubuhku sedikit menggigil ketika,
angin dingin dari mesin AC menerpa tubuhku yang perlahan-lahan terbuka
ketika Steve berhasil melorotkan gaun malamku kelantai. Aku membuka
mataku perlahan-lahan dan kulihat Steve sedang menatap tubuhku dengan
tajam. Dia nampak tertegun melihat tubuh mulusku yang hanya terbungkus
pakaian dalam yang ketat. Sorotoan matanya yang tajam menyapu
bagian-bagian tubuhku secara perlahan. Pandangannya agak lama berhenti
pada bagian dadaku yang membusung. BH ku yang berukuran 34 D memang
hampir tak sanggup menampung bongkahan dadaku, sehingga menampilkan
pemandangan yang mengundang syahwat lelaki. Tatapan matanya cukup
membuat tubuhku hangat, dan dalam hati kecilku ada perasaan senang dan
bangga dipandangi lelaki dengan tatapan penuh kekaguman. Aku terseret
maju ketika lengan Steve kembali merangkul pinggangku yang ramping dan
menariknya merapat ketubuhnya. Tanganku terkulai lemas ketika sambil
memelukku Steve mengecup bagian-bagian leherku sambil tak henti-hentinya
membisikan pujian-pujian akan kecantikan bagian-bagian tubuhku.
Akhirnya kecupannya sampai di daerah telingaku dan lidahnya secara
lembut menyapu bagian belakang telingaku. Aku menggelinjang, tubuhku
bergetar sedikit dan rintihan kecil lepas dari kedua bibirku. Steve
telah menyerang salah satu daerah sensitifku, dan dia tau itu sehingga
hal itu dilakukannya berkali-kali. Dengan sangat mempesona Steve
berbisik bahwa dia ingin menghabiskan malam ini dengan bercinta
denganku, dan di amemohon agar aku tak menolaknya, kemudia bibirnya
kembali menyapu bagian belakang telingaku hingga pangkal leherku. Aku
tak sanggup menjawab, tubuhku terasa ringan, tanpa sadar tanganku
kulingkarkan di lehernya. Rupanya bahasa tubuhku telah cukup dimengerti
oleh Steve sehingga dia menjadi lebih berani. Tangannya kini telah
membuka kaitan BHku, dan dalam sekejap BH itu sudah tergeletak di
lantai.
Tubuhku terasa melayang, ternyata Steve telah mengangkat tubuhku,
dibopongnya ke tempat tidur dan dibaringkan secara perlahan. Kemudian
Steve menjauhi ku dan dengan perlahan mulai melepaskan pakaiannya secara
perlahan. Anehnya aku menikmati pemandangan buka pakaian ini. Tubuh
Steve yang kekar dan sedikit berotot tanpa lemak ini menimbulkan gairah
tersendiri. Dengan hanya mengenakan celana dalam kemudian Steve duduk di
ujung ranjang. Aku berusaha menduga-duga apa yang akan dilakukannya.
Kemudian dia membungkuk dan mulai menciumi ujunung-ujung jari kakiku.
Aku menjerit kegelian dan berusaha mencegah, namun Steve memohon agar
dia dapat melakukannya dengan bebas. Karena penasaran dengan sensasi
yang ditimbulkan. akhirnya aku biarkan dia menciumi, menjilat dan
mengulum jari-jari kakiku. Aku merasa, geli, tersanjung dan sekaligus
terpancing untuk terus melanjutkan kenikmatan ini. Bibirnya kini tengah
sibuk di betisku yang menurutnya sangat indah itu. Mataku terbelalak
ketika kurasakan perlahan tapi pastibibirnya makin bergerak keatas
menyusuri paha bagian dalam ku. Rasa geli dannikmat yang ditimbulkan
membuat aku lupa diri dan tanpa sadar secara perlahan pahaku terbuka.
Steve dengan mudah memposisikan tubuhnya diantara kedua pahaku.
Pertahananku benar-benar runtuh ketika Steve menyapu-nyapukan lidahnya
dipangkal-pangkal pahaku. Aku berteriak tertahan ketika Steve
mendaratkan bibirnya diatas gundukan vaginaku yang masih terbungkus
celana dalam.
Tanpa memperdulikan adanya celana dalam Steve terus melumat gundungkan
tersebut dengan bibirnya seperti dia sedang menciumkum. Aku berkali-kali
menjerit nikmat, dan persaan yang telah lama hilang kini muncul kembali
getaran-getaran orgasme mulai bergulung-gulung, tanganku meremas-remas
apa saja yang ditemuinya, sprei, bantal dan bahkan rambut Steve, tubuhku
tak bisa diam bergetar, menggeliat, dan gelisah, mulutku mendesis tak
sengaja, pinggulku meliuk-liuk erotis secara reflek dan beberapa kali
terangkat mengikuti gerakan kepala Steve. Untuk kesekian kalinya
pinggulku terangkat cukup tinggi dan pada saat itu Steve tidak
menyianyiakan kesempatan untuk menarik celana dalamku lepas. Aku agak
tersentak, tetapi puncak orgasme yang semakin dekat membuat aku tak
sempat berpikir atau bertindak apapun. Bukit vaginaku yang sudah lama
tak tersentuh lelaki terpampang di depan mata Steve. Dengan perlahan
lidah Steve menyentuh belahannya, aku menjerit tak tertahan dan ketika
lidah itu bergerak turun naik di belahan vaginaku, puncak orgasme tak
tertahankan. Tanganku memegang dan meremas ramput Steve, tubuhku
bergerta-getar dan melonjak-lonjak. Steve tetap bertahan pada posisinya,
sehingga lidahnya tetap bisa menggelitik klitorisku, ketika puncak itu
datang. Aku merasa-dinding-dinding vaginaku mulai lembab, dan
kontraksi-kontraksi khas pada lorong mulai terasa. Itulah salah satu
kelebihanku lorong vaginaku secara refleks akan membuat gerakan-gerakan
kontraksi, yang bisa membuat lelaki tak bisa bertahan lama. Steve
nampaknya dapat melihat kontraksi-kontraksi itu, sehingga membuat
bertambah nafsu. Kini lidah nya semakin ganas dan liar menyapu habis
daerah selangkanganku, bibirnya ikut mengecup dan bahkan bagian cairanku
yang mulai mengalir disedot habis olehnya. Nafasnya mulai memburu. Aku
tak lagi bisa menghitung berapa kali aku mencapai puncak orgasme. Steve
kemudian bangkit, dengan posisi setengah duduk dia melepaskan celana
dalamnya, beberapa saat kemudian aku merasa batang hangat yang sangat
besar mulai menyentuh, nyentuh selangkanganku yang basah. Steve membuka
kakiku lebih lebar, dan mengarahkan kepala kemaluannya ke bibir
vaginaku.
Meskipun tidak terlihat olehku, aku bisa merasakan betapa keras dan
besarnya milik Steve itu. Dia mempermainkan kepala penisnya di bibir
kemaluanku di gerakan keatas ke bawah dengan lembut, untuk membasahinya.
Tubuhku seperti tak sabar menanti tindakan yang selanjutnya. Kemudian
gerakan itu berhenti. Dan akau merasa sesuatu yang hangat mulai mencoba
menerobos lubang kemaluanku yang sempit. Tetapi karena liang itu sudah
cukup basah, kepala penis itu perlahan tapi pasti terbenam, makin
lama-makin dalam. Aku merintih panjang ketika Steve membenamkan seluruh
batang kemaluannya. Aku merasa sesak, tetapi sekaligus nikmat luar
biasa, seakan seluruh daerah sensistif dalam liang itu tersentuh. Batang
kemaluan yang keras dan padat itu disambut oleh kehangatan dinding
vaginaku yang telah lama tidak tersentuh. Cairan-cairan pelumas mengalir
dari dinding-dindingnya dan gerakan kontraksi mulai berdenyut, membuat
Steve membiarkan kemaluannya terbenam agak lama merasakan kenikmatan
denyutan vaginaku. Kemudian Steve mulai menariknya keluar perlahan-lahan
dan mendorongnya lagi, makin lama makin cepat. Sodokan-sodokan yang
demikian kuat dan buas membuat gelombang orgasme kembali membumbung,
dinding vaginaku kembali berdenyut, kombinasi gerakan ini dengan gerakan
maju mundur membuat batang kemaluan Steve seolah-olah diurut,
kenikmatan tak bisa disembunyikan oleh Steve, gerakannya semakin liar,
mukanya menegang, dan keringat menetes dari dahinya. Melihat hal ini,
timbul keinginanku untuk membuatnya mencapai nikmat. Pinggulku kuangkat
sedikit dan kemudian membuat gerakan memutar manakala Steve melakukan
gerak menusuk. Steve nampaknya belum terbiasa dengan gerakan dangdut
ini, mimik mukanya bertambah lucu menahan nikmat, batang kemaluannya
bertambah besar dan keras, ayunan pinggulnya bertambah cepat tetapi
tetap lembut.
Akhirnya pertahanannya bobol, kemaluannya menghujam keras dalam
vaginaku, tubuhnya ambruk menindihku, tubuhnya bergetar dan mengejang
ketika spermanya mencemprot keluar dalam vaginaku berkali-kali. Akupun
melenguh panjang ketika untuk kesekian kalinya puncak orgasmeku
tercapai. Sesaat dia membiarkan batangnya di dalamku hingga nafasnya
kembali teratur. Tubuhku sendiri lemas luar biasa, namun harus kuakui
kenikmatan yang kuperoleh sangat luar biasa dan belum pernah kurasakan
sebelumnya. Kami kemudian terlelap kecapean setelah mereguk nikmat...